PERNAHKAN MEMANDANGKU, BUNDA?
(Suara Hati Seorang Bunda )
Suatu ketika saya sedang menunggu kepulangan Buah Hati Tercinta di TKS X, kami para orangtua saling berbincang-bincang mengenai anak kami masing-masing. Kebetulan aku sedang ngobrol dengan seorang ibu yang cukup dekat dengan anakku. Sebagai pendengar setia, aku memperhatikan beliau yang sangat 'heboh' menceritakan kenakalan anak pertamanya itu padaku. Dengan penasaran aku mencoba bertanya “apa aja sii Mam kenalakan anak Mama?”
Dengan
Semangat '45 dia menceritakan kalau :
si Kakak selalu menggangu Adiknya yang sedang tidur sehingga menangis dan pekerjaan rumah Ibu jadi terhambat dan terganggu.
Si Kakak selalu merusak mainan yang baru saja dibeli alias “terima bongkar tidak terima pasang”.
Si Kakak terkadang mendapat teguran dari guru kelas atau dari teman-temannya kalau ada saja yang diperbuatnya walaupun bukanlah kenakalan suatu anak, hanya sebagai bentuk keingintahuan anak (menurut saya), juga nilai pelajarannya yang agak kurang, suka mengeluh capek waktu belajar dan harus selalu diberi motivasi supaya si Kakak menjawab dengan baik walapun sebetulnya dia Mampu.
dan masih banyak lagi bentuk kenakalan (menurut Mamamnya loh..) lainnya, seperti : selalu ngeberantakin mainannya, selalu ngeberantakin kamar, dll. Intinya selalu membuat Mama marah, kesal dan sebel dengan keberadaan anak. Sang Mama pun bercerita tidak hanya ucapan yang dilontarkan dengan nada pedas dan kata-kata kasar untuk anak tetapi juga tindakan keras diberikan sebagai 'hadiah' bagi anak ketika anak sedang melakukan sesuatu yang 'nakal', tapi gak mempan.
Aku bertanya: “ tapi kan Y selalu rangking Mam dan prestasinya sangat memuaskan kok. Udah gitu pinter baca, tulis dan hitung lagi. Kurang apa sih Mam?”
Si Mama menjawab, “ Emang sih, tapi itu mah ga penting mbak, dulu aku juga gitu kok trus papah-nya juga slalu juara. Biasa lagi begitu dikeluarga besar aku. Bukan hal yang heboh dan patut dibanggakan.”
Aku kaget, dalam hati aku berkata, Wah, ini orang ga bersyukur banget dengan prestasi anaknya? Mmm, sepertinya ada sesuatu yang ga beres nih.. ( Insting Psikolog muncul...;) )
Aku bertanya, “Bagaimana dengan adiknya bun?”
Sang Bunda berucap,”kalau adiknya sih, lucu banget dan menggemaskan, tidak ada yang aneh-aneh deh dari adiknya itu.”
Aku cukup sedih mendengarkan kisah Mama Y,padahal kalau aku lihat sepertinya Y cerdas dan baik. Tidak ada yang 'aneh' dengan anak itu.
Aku mulai penasaran dan banyak bertanya tentang kehamilan si Y, masa kecil Y dan kehidupan Y juga kehidupan teman aku ini.
Si Mama Cerita, “Ya mbak, saat aku hamil Y, aku masih muda dan masih belum bisa memandang anak itu dengan lucu, intinya aku belum siap jadi seorang ibu. Dan sepertinya aku mengalami Baby Blues. Ketika itu aku sangat membutuhkan seseorang yang bisa mengayomi, menyayangi dan membimbing aku ternyata suami tidak bisa mendukungku dan tidak memberikan ketenangan bathin selama aku melahirkan dan membesarkan anak itu. Aku selalu menganggap kalau Y adalah suatu bencana yang membuat hidupku tidak dinamis lagi. Sejak ada Y banyak konflik aku jalani, dan tidak ada orang yang bisa mem-backup Aku. Jadi otomatis Aku selalu memperlakukan Y dengan keras sebagai bentuk pelarian aku dan pengeluaran emosi serta dengan berbagai macam alasan lainnya. Padahal, Y itu tidak salah mbak dan selalu juara dikelas, selalu mendapatkan prestasi dikelas. Tapi sepertinya aku tidak menghargai apa yang sudah didapat oleh Y dengan susah payah.”
Si Mama terdiam setelah menceritakan kegundahannya selama ini.
Oo, ternyata itu yang menjadi anak tersebut negatif dimata Mamanya. Itu yang menjadi anak tersebut dapat label jelek dimata Mama pula. Dan setiap mama marah pada Y atas perbuatannya, Si Mama tidak kasih tau mana perbuatan Y yang salah dan Yang benar, sehingga Y tidak tau mana kesalahannya dan kalaupun kesalahnnya diperbaiki, si Mama idak menghargainya. So sad...
Tidak tahukah kau Bunda, kalau dalam hati Y, dia pun punya banyak pertanyaan,
“APA SALAHKU?
APA YANG MEMBUAT MAMA MENJADI EMOSI BESAR KETIKA AKU MELAKUKAN INI ATAU ITU?
KENAPA ADIK TIDAK SEPERTI ITU?
KENAPA MAMA TIDAK PERNAH MEMANDANGKU?
AKU HARUS BAGAIMANA MAMA?”
Sebagai seorang teman, aku hanya meminta Mama Y untuk bisa menerima dengan positif anak tersebut. Tidak adil kan buat Y kalau dia yang dianggap sebagai “biang keladi” masalah tersebut. Mama, dia hanya seorang anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayang dan pengakuan dari seorang
MAMA. Jika apapun yang dikerjakannya salah, tidakkah dia akan
BELAJAR menjadi seorang penjahat kecil yang tidak tau apakah itu benar atau salah, tidak bisa menghargai diri apalagi orang lain, karena dia
TIDAK DIHARGAI oleh orang terdekatnya.
Mama, tidakkah seharusnya kamu berterimakasih pada
TUHAN, kalau dia sudah memberikan seorang
ANAK yang cerdas dan kuat.
KUAT? Ya Mama, Y cukup kuat untuk menerima perlakuan-perlakuan kasar dan ucapan-ucapan kasar dari Mamanya dan Y tetap mencari Mamanya dalam keadan apapun.
Sebelum beranjak
DEWASA, ajaklah Y untuk menjadi teman bercerita, jangan pernah menghakimi dia lagi dengan berlebihan dan jangan pernah lagi
MEMBANDINGKAN antara anak yang satu dengan lainnya. Berikan perlakuan yang sama diantara mereka dan yang lebih penting segeralah untuk
MEMINTA MAAF pada Y, walau Y tidak tahu untuk apa dan kenapa Mamanya berbuat seperti itu.
TERIMA Y sebagai seorang buah hati yang sudah dilahirkan olehmu dengan susah payah dan dia yang selalu ada didekatmu ketika kamu jatuh dan terluka dahulu. Dia yang selalu ada disaat Mamanya sakit dan Senang, bukan oranglain.
Semoga Mama Y bisa menerima semua nasehat dan pesan dari seorang
SAHABAT. Bunda,
TUHAN tidak pernah memberikan sesuatu yang sulit dan diluarjangkauan kita sebagai hambaNya.
Dalam perjalanan pulang, aku hanya berharap kalau aku tidak seperti itu,
SEMOGA AKU BISA MERAWAT DAN MEMBESARKAN ANAK-ANAKKU dengan BAIK dan SHALEH. AMIN.
True Story of my Friend
Warm Regards,
Oleh : DEWI ULFAH ARINI, Psikolog
Psikolog dari Lembaga Konsultan Psikologi ToBee