Rabu, 23 Maret 2016

BAHAYA GADGET BAGI PERKEMBANGAN ANAK

                                      Ditulis kembali Oleh Dewi Ulfah Arini, MM. Psikolog

Perkembangan zaman yang kian pesat memaksa setiap manusia untuk menyesuaikan diri dengan tekonologi yang ada. Tidak terkecuali Orang tua dan Anak. Mereka dipaksa untuk mengikuti situasi dari Booming-nya teknologi sehingga seringkali muncul stigma jika tidak memiliki atau memahami gadget akan telindas oleh zaman. Mereka menjadi orang terpinggirkan yang pada akhirnya secara perlahan tapi pasti terbuai didalamnya. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan tiap harinya mereka terpapas oleh Gadget baik usia tua dan muda. Hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap perkembangan secara mental dan psikologis namun juga dari sisi fisik. Banyak penelitian yang mengemukakan mengenai dampak dan efek baik jangka pendek dan panjang terhadap anak. Dikhususkan anak karena, mereka makhluk yang paling rentan dan resisten akibat dari peran orangtua dan lingkungan yang menyebabkan anak banyak mengalami gangguan atau perkembangan yang kurang baik. 

Oleh sebab itu, Asosiasi Dokter Anak Amerika Serikat dan Kanada (the American Academy of Pediatrics) menekankan anak usia 0-2 tahun tidak boleh terpapar gadget sama sekali. Hal ini tentunya bukan tanpa alas an. Ada bukti kuat bahwa anak yang sudah terpapar dengan layar sebelum usia 2 tahun, akan mengalami gangguan pengelihatan, defisit perhatian, gangguan dalam perkembangan bahasa, membaca, penurunan kemampuan konsentrasi dan daya ingat jangka pendek (edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama bertahan dalam ingatan anak-anak), adiksi, serta resiko lebih tinggi untuk terpapar radiasi. Tidak ditemukan munculnya kata-kata baru yang dipelajari dari program video yang dirancang untuk meningkatkan kosa kata anak usia 12-18 bulan (Penelitian DeLoache dkk pada tahun 2010). Dengan demikian, pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan efektif bagi mereka.

Fakta lain dari Tomopoulos (2011) mengatakan bahwa stimuli yang didapat anak usia di bawah 3 tahun dari layar belum dapat mereka pahami. Stimuli dari layar tidak dapat memberikan interaksi dua arah sehingga anak tidak dapat belajar membaca ekspresi, dan yang terpenting merasakan afeksi dari lawan bicaranya melalui nada bicara dan bahasa tubuh; padahal anak-anak terlahir untuk berinteraksi dengan manusia dan belajar melalui interaksi tersebut. Dari beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa no gadget at all untuk anak di bawah 2 tahun.

Jadi, bagaimana solusinya?
Pada usia 0-2 tahun, menurut Piaget, anak berada pada tahapan sensorimotor. Pada tahap ini, anak sedang mengembangkan seluruh panca indranya, belajar dari gerak rekfleks, mempelajari bahasa pertama, belajar berbicara, belajar berjalan, mempelajari kebiasaan baru serta melakukan trial and error. Masa ini membutuhkan stimulasi agar berjalan dengan optimal. Gadget memang menjadi salah satu alat dalam memberi stimulasi namun hanya pada bagi penglihatan dan pendengaran, sementara anak punya sensori lain yang juga butuh dikembangkan. 

Stimulasi merupakan kunci utama dalam proses pertumbuhan anak pada usia 0-2 tahun, Dari hasil penelitian Martha Farah, Direktur Center for Neuroscience and Society di the University of Pennsylvania, menyimpulkan bahwa stimulasi kognitif anak akan memiliki dampak signifikan jika anak distimulasi menggunakan buku, mainan yang mendidik dan alat musik yang nyata. Itu karena si kecil bisa mengenal langsung huruf, warna, angka secara langsung tanpa perantara layar kaca. 

Selain itu Farah dan timnya juga menyimpulkan bahwa anak akan lebih lancar berbahasa jika distimulasi mengunakan benda-benda yang nyata. Penelitian yang dilakukan Farah ini juga didukung oleh penulis buku anak Jamie Loehr, MD dan Jen Meyers. Menurut mereka anak-anak pada usia batita memerlukan interaksi yang berasal dari orang tua dan pengasuh untuk merangsang otak mereka.

Mereka menyarankan untuk perkembangan kognitif anak usia 0-12 bulan, orangtua disarankan untuk lebih sering membacakan dongeng supaya mereka terbiasa dengan suara. Selain itu anak juga harus dibiasakan bermain dengan cermin sehingga mereka bisa melihat wujud dan gerakan mereka sendiri. 

Selain itu orangtua juga dapat menstimulasi anak dengan memperdengarkan lantunan ayat suci Al-quran, lagu-lagu untuk memperkenalkan beragam hal, bacaan doa, dll. Perbanyak sentuhan dan pelukan untuk mengembangkan emosional anak.

Apa yang bisa orang tua lakukan apabila anak sudah terlanjur mengenal gadget?
1. Membuat kesepakatan dengan anak mengenai durasi dan aturan menggunakan gadget
2. Memberikan jadwal anak boleh mempergunakan gadget
3. Perbanyak waktu bermain bersama anak yang menyenangkan baik indoor maupun outdoor misal dengan berenang, bermain air, ke taman, ke kebun binatang, dll
4. Alihkan kegemaran anak dari gadget ke buku. Bacakan cerita, mendongeng, atau berjalan-jalan ke perpustakaan meski anak belum bisa membaca bahkan belum mengenal buku
5. Hindari penggunaan gadget di depan anak karena bagaimanapun anak akan meniru apa yang diperlihatkan orang tua pada anak. 

Diatas semua upaya tersebut, selalu sadari bahwa anak adalah amanah Tuhan yang dititipkan pada kita. Sudah menjadi tanggungjawab kita untuk menjaga dan merawatnya selalu. Semoga kita senantiasa dikuatkan dan diberi petunjuk hingga saatnya nanti dikembalikan pada Pemiliknya. 

Sumber: Yayasan Kita dan Buah Hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar